Hubungan Perempuan dan Laki-laki Relasi Kuasa atau Relasi Setara?
Sahabat ‘Aisyiyah, Hubungan antara laki-laki sebenarnya bukan relasi kuasa, akan tetapi relasi setara. mengapa demikian?
Islam mengajarkan umatnya bahwa perempuan dan laki-laki adalah setara di hadapan Allah. Dari perbedaan sifat laki-laki dan perempuan tersebut, muncullah ciri-ciri khusus laki-laki dan perempuan yang sedemikian rupa sehingga saling melengkapi dalam menjalankan tugas dan perannya baik dalam ranah domestik (rumah tangga) maupun publik (masyarakat). Dengan demikian, keduanya mempunyai potensi, tugas, peran, dan peluang pengembangan diri.
Dalam buku Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah yang telah ditanfidz Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2015 menyebutkan bahwa Al-Quran telah mengisyaratkan prinsip-prinsip relasi kesetaraan perempuan dan laki-laki, di antaranya:
Pertama, perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai hamba Allah, keduanya memiliki kedudukan setara dan memiliki fungsi ibadah. Yang membedakan kedudukan keduanya di hadapan Allah hanyalah kualitas iman, takwa, pengabdian kepada Allah dan amal salihnya (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Kedua, laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi. Mereka berdua memiliki kesempatan dan wewenang sama menjalankan fungsi dalam mengelola, memakmurkan dunia dan memimpin sesuai dengan potensi, kompetensi, fungsi, dan peran yang dimainkannya (QS. Al Baqarah: 30 dan QS. at-Taubah: 71).
Ketiga, Adam dan Hawa bersama-sama sebagai aktor dalam kisah al-Quran tentang penciptaan manusia. Seluruh ayat tentang kisah Adam dan Hawa sejak di surga hingga turun ke bumi menggunakan kata ganti mereka berdua (huma) yang melibatkan secara bersama-sama dan secara aktif Adam dan Hawa.
Misalnya, 1) Adam dan Hawa diciptakan di surga dan mendapatkan fasilitas surga (QS. Al-Baqarah: 35); 2) Adam dan hawa mendapatkan kualitas godaan yang sama dari setan (QS. al-A’raf: 20); 3) Bersama-sama melanggar norma yang digariskan Allah dan sama-sama memakan buah pohon larangan, sehingga menerima akibat diturunkan ke bumi (QS. al-A’raf: 22); dan 4) Adam dan Hawa bersama-sama memohon ampun dan diampuni Allah (QS. al-A’raf: 23).
Keempat, Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi dan kesuksesan (QS.an-Nisa’: 124). Sebab Islam tidak mengajarkan untuk memandang hidup dengan penuh pesimisme. Sebab, Allah Swt telah melarang orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan untuk berputus asa dari rahmat-Nya (QS. Yusuf: 87 dan Az-Zumar: 53)
Kelima, Laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan setara di depan hukum. Perempuan yang berbuat salah akan mendapatkan sanksi atas pelanggaran yang telah dilakukannya sebagaimana laki-laki. Keduanya bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Al-Quran telah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan yang berzina mendapat hukuman had (QS. an-Nur: 2). Demikian juga para pencuri, perampok, koruptor, baik laki-laki maupun perempuan akan mendapat sanksi atas kesalahan yang diperbuatnya (QS. al-Maidah: 38).
Nilai-nilai kesetaraan di atas jika benar-benar diimplementasikan insya Allah akan memudahkan untuk mewujudkan cita-cita diturunkannya Islam sebagai rahmah bagi semua alam. Karena itu nilai-nilai kesetaraan tersebut seharusnya dijadikan dasar utama untuk memahami relasi laki-laki dan perempuan termasuk dalam membangun keluarga.
Sumber : muhammadiyah.or.id